Blogger Pages

Rabu, 15 Agustus 2012

Kontemplasi!

Menerawang Penuh kebebasan dalam redam malam tanpa bintang.

aku benci bulan dia itu jalang!
Aku ini pecinta Senja, bukan rembulan hina yang memantulkan sinar.

malam di cibubur selalu hening.
berbanding terbalik saat siang yang begitu pening.

Kontemplasi!

Aku merenung ditengah sudut kota yang busuk ini.
kenapa busuk? karena disini banyak manusia kotor.
berlendir, Jorok dan pintar memakai topeng!

Renungan Senja,
selain kertas dan Tuhan, pada senja juga aku selalu berbagi cerita.
dia selalu bisa mendengar, walau tidak bisa berbicara.
aku sering bercerita tentang kalian padanya!

disekeliling yang aku lihat semuanya Busuk, bertopeng, dan pandai Menjilat.
Menjilat! anda hampir mirip Anjing, Tuan besar!
boleh Saya Meludahi Anda?
saya Mual Melihatnya!

Renungan selanjutnya Ada pada lingkungan kerja!
disini Lebih Rancu lagi.
kita bagaikan sekumpulan Robot yang bergerak.
dari pagi merangkak hingga sampai pada waktu kita mengantar lembayung senja.

Eksitasi jiwa,
aku butuh Rangsangan tenanga! juga masker yang menahan mulutku muntah!
disini begitu Busuk, tolong Aku lalat hijau datang dari segala penjuru Arah!
tapi Aku masih Heran? mengapa mereka masih saja Menjilat!
YA karena mereka bagian dari Sampah! Bedebah! serakah! Sampah!

Aku ingin membeli parfum,
setidaknya untuk ku sendiri agar tak terpikat badanku pada bau busuk disekitar.

Atau Aku butuh bantuan dari para petugas kebersihan?
Agar Otak Anda bisa disapu bersih tanpa Noda!
sampai pada Lidah Anda yang Berbisa. bisa segera dibersihkan! atau dibinasakan!

Anda Lebih Tua, Jangan Melihat Sebelah Mata.
yang Muda yang Berkembang, yang Tua Meluruskan!

Hidup bukan pada pilihan yang Rumit, Anda sendiri yang membuat nya Berbelit!

Maaf bukannya Lancang, ini cuman Ungkapan.
Terkadang ingin Terluapkan!
Agar Tak menganjal dalam pikiran!





Kamis, 09 Agustus 2012

Resah Dalam Melodi

Beradu lintang, jiwaku Malang.
suara riang keluh ku pada malam yang juga malang.

Kau meradang, aku semakin lantang!
Hidup bukan tentang kamar bertabur gemintang.

kamulah bintang paling tidak yang tinggal dihati terdalam.

Menanti hati berlabuh itu sudah terlalu basi untuk diungkapkan.
Aku membosankan, tapi tak lancang.

Aku ini gila sudah sejak lama.

Aku Resah Hatimu itu kemana?

Aku tak pesimis! bisa bantu kuatkan, agar tak amis?
Aku berjuang dalam redam, menagis pun ditertawakan.

Aku ini tidak punya otak, aku bodoh sudah lama, tak peka! tak merasa.

Aku Gelisah,
Melihat nona hanya diam tak berkata.

Aku iri pada Tuan yang itu.

Aku pasrah dan biarkan semesta memeluk jiwaku!

Apa Sudah terlambat untukku semua?
Apa memang untukmu aku sudah habis sejak lama?

kepala ku penuh kamu, tapi aku meragu mengaku,
yang lebih memilih jalan bisu.

memilih diam sambil merekonstruksi diri,
agar Supaya bisa terlihat berarti, di mata juga hatimu.


Hey nona pemikik bibir tanpa gincu!

Senyummu memikat mata, menyesatkan jiwa, tapi menenangkan jiwa.
Boleh Aku berucap Rindu, aku ingin menatap senyum mu.
dan tenggelam disitu.

"Yang paling kau benci, terkadang adalah hal yang paling kau cintai."
tau maksudku nona manis.
Aku, Tuan bergitar yang disana, atau Tuan yang lainnya, yang kau benci.

Jangan bodohi tubuhmu, semua ingin tahu ada apa dibalik situ!

ini prosa gila, dari Tuan muda yang tak pernah bersuara.

Hay Nona pemilik senyum memikat ditengah pekat!

Aku mau mendekat dan melihat lebih telak!

Hmm. Kamu nampak layu, bolehkah aku siram sedikit asmara dipucuk jiwamu?
Sedikit berdebu memang, tapi sebenarnya kamu lebih anggun daripada pakaian sutra yang sempurnakan para ratu.

oh jiwa yang lunglai.
Mengapa kau bertransformasi jadi pucuk amarah yang gila?
Terdiam dalam redam tapi kemudian berteriak melengking ditengah keheningan malam.

Ah sudahlah aku hanya resah kita tak bisa bersama.
tapi aku harus belajar ikhlas kalo tak bisa beriringan.
Aku Tak pesimis! aku disini tetap memperjuangkan mu!
sampai saat dimana aku tak lagi bisa menghirup nafas.

Karena aku selalu bercerita pada tuhan tentang cerita kecil kita, semoga dia izinkan menjadi besar tapi tetap sederhana.

Bisakah?

Aku titip senyum dan kebahagian dalam hidupmu ya!


Senyumlah pada mentari, tapi tutup matamu karena ada angin yang akan membisiki suara jiwaku!
semoga pesan anginku selalu sampai di telingamu.

suara Resah jiwaku dalam melodi absurd kehidupan.

Kamis, 02 Agustus 2012

Aksara Bisu!

mencoba menerka isi hatimu,
itu tak mudah, ibarat menghancurkan batu dengan tetes air mata.
gelap, tak terjawab! suram! berair, dan perih!

menghirup udara dalam-dalam.
menari dibawah malam,
melihat dalam redam,
berpapas mata tanpa salam.
berlalu dengan tetes air mata yang dalam.

puncak jiwa!
akankah kau bersua?
kemana kini kau berada.
apa sudah hilang dimakan masa?

pendulum jiwa!

mata mu masih sembab, boleh ku tanya sebab?
Duhai Nona,
boleh coba ku bantu menyeka, air mata mu yang jatuh dipipi disana terlihat lembap!


oh jiwa yang bisu. kenapa kau sendu?
berpacu dengan waktu. ku temui jalan buntu.
tatap mataku, apa ini terlihat Ambigu?

tatap mataku dalam! silahkan berenang dan menyelam!

semoga kau bisa berenang nona, karena cintaku selalu dalam.
bila kau tak bisa berenang!
aku takut kau tenggelam, lalu mati tak melihat alam.

aku berbisik pada angin, ku ucapkan apa yang ku ingin.
semoga dia tak mampir dulu ketempat lain,
agar pesan ku sampai ditelinga mu dan menyentuh kening.

Aksara apa lagi yang harus terucap, saat semua sudah habis terlahap!
hening, ini bukan lagi soal tahap waktu karena dia sudah tersadap.

Aku sering menghabiskan malam dengan sebuah khayalan,
disana aku bebas untuk pergi dan tinggal, mengubur sebuah angan,
di kehidupan nyata dan membangun mimpi di imajinasi yang agak sedikit bebas dari sebuah pelukan hangat hawa anda.

saya sering kali membiarkan emosi pergi dengan cara menyakiti diri sampai ada sebuah gambar jelas yang datang di kedua pelopak mata saya, sampai tiba fadjar.

oh Gelora Aksara yang nyata!
tolong sampaikan kata pada jiwa yang merana.
dia sudah cukup sengsara.
buat Apa tuan bikin Runyam semuanya.

oh Aksara yang Diam dan tak bersuara,
bisakah sedikit saja kau berbicara,
walau dengan sepatah kata,
Agar tak bimbang hati yang membaca.


Dialektika hati, menyibak Aksara dalam ruang Bisu!



Aku menulis dikala saat rasa dan karsa tak dapat diTerjemahkan oleh kosa kata dan lidah!